Kamu Boleh Bangga Sama Progress yang Nggak Kelihatan
Ada banyak hal dalam hidup yang diam-diam kita perjuangkan, tapi tidak ada satu pun orang yang benar-benar melihatnya.
Perubahan kecil yang kita lakukan pelan-pelan, kebiasaan yang kita bentuk tanpa pamer, pilihan yang kita ambil diam-diam demi kebaikan diri sendiri, semuanya sering terasa “tidak penting” hanya karena tidak terlihat oleh siapa pun.
Padahal, kalau dipikir-pikir lagi, justru progress yang tidak kelihatan itu biasanya yang paling sulit dilakukan. Yang butuh keberanian, konsistensi, dan kejujuran pada diri sendiri.
Tapi ya itu tadi, karena tidak bisa diunggah atau dipamerkan, kita sering menganggapnya sepele.
Padahal kamu boleh, kok, bangga sama setiap langkah kecil yang kamu ambil. Bahkan kalau orang lain nggak tahu apa pun tentang itu.
Perubahan Besar Sering Dimulai dari Perubahan yang Sunyi
Kita hidup di zaman yang suka mengukur progress dari hal-hal yang terlihat: angka, pencapaian, foto, pengumuman, bukti. Semuanya harus punya bentuk. Harus ada hasil akhir yang bisa dipamerkan.
Padahal tidak semua proses punya bentuk fisik. Beberapa proses cuma bisa dirasakan. Dipahami. Dijaga diam-diam.
Kayak keberanian untuk belajar berkata “tidak.” Keputusan buat berhenti membandingkan diri sendiri. Kemampuan untuk menahan emosi.
Pilihan buat memaafkan meski hati belum benar-benar pulih.
Atau kebiasaan baru seperti tidur lebih awal, minum air lebih banyak, mulai jalan kaki 10 menit, berusaha mendengarkan orang lain dengan sabar, atau berhenti mengasihani diri berlebihan.
Nggak ada bentuknya kan? Tapi signifikansi perubahan itu besar. Kamu tumbuh. Kamu berkembang. Kamu jadi lebih peka. Kamu jadi lebih tenang.
Perubahan besar jarang dimulai dari hal yang spektakuler. Lebih sering dimulai dari hal-hal kecil yang kamu lakukan dalam diam.
Kamu Tidak Harus Hebat untuk Dianggap Berprogres
Kita sering merasa progress itu harus terlihat dramatis. Harus ada before-after. Harus bisa bikin orang bilang, “Wah, keren banget kamu sekarang!”
Tapi kenyataannya nggak harus begitu. Progress itu punya banyak wujud.
Beberapa progress terjadi di dalam diri, tanpa ada saksi, tanpa ada tepuk tangan. Misalnya:
- Kamu lebih pelan kalau bicara pada diri sendiri
- Kamu tidak lagi memaksakan hal-hal yang menyakitimu
- Kamu mulai bisa membiarkan sesuatu pergi tanpa menahan
- Kamu lebih sabar daripada dirimu setahun lalu
- Atau kamu mulai belajar menerima diri apa adanya
Perubahan kecil ini mungkin tidak terlihat dari luar, tapi mereka adalah fondasi yang bikin hidupmu lebih ringan dari sebelumnya.
Tidak Semua Pertumbuhan Harus Dibagikan
Ada progress-progress tertentu yang rasanya terlalu intim untuk diumbar. Terlalu personal. Terlalu rapuh.
Dan itu bukan berarti progress tersebut tidak valid. Justru sebaliknya, kemurnian progress itu tetap terjaga karena kamu tidak menaruhnya di panggung.
Pertumbuhan diam-diam kadang lebih jujur daripada pertumbuhan yang dibagikan ke publik. Karena kamu melakukannya bukan untuk dilihat, tapi untuk dirimu sendiri.
Tidak ada tekanan. Tidak ada ekspektasi. Tidak ada “image” yang harus kamu jaga.
Hanya kamu yang tahu betapa sulitnya langkah itu diambil.
Kita Sering Lupa Mengapresiasi Diri Sendiri
Anehnya, kita bisa dengan mudah mengapresiasi orang lain. Kita tepuk tangan untuk pencapaian mereka, kita kagum sama usaha mereka, kita bangga sama keberanian mereka. Tapi untuk diri sendiri? Kita pelit banget.
Kita selalu bilang:
“Ah, aku masih biasa aja.”
“Aku belum jadi apa-apa.”
“Orang lain lebih hebat.”
Padahal kalau kita lihat pelan-pelan, ternyata banyak hal yang sudah kita lewati. Banyak luka yang berhasil kita sembuhkan. Banyak versi diri lama yang sudah kita tinggalkan.
Tapi karena prosesnya tidak terlihat, kita meremehkannya.
Kamu Tidak Harus Mencapai Semua Hal Sekaligus
Tumbuh itu bukan lomba siapa paling cepat. Bukan soal siapa paling banyak pencapaiannya di usia tertentu. Bukan tentang mengejar standar yang ditetapkan orang lain.
Kadang progress terbaik justru terjadi saat kamu berhenti memaksa diri. Saat kamu bernapas. Saat kamu memberi ruang. Saat kamu bilang ke diri sendiri:
“Santai, kita pelan-pelan saja.”
Beberapa progress memang tidak bisa dipercepat. Tidak bisa dipaksa. Tidak bisa dikejar sambil berlari. Ada progress yang butuh kamu untuk berhenti dulu.
Bangga Itu Tidak Harus Dramatis
Bangga sama diri sendiri bukan berarti kamu harus berdiri di atas panggung dan bilang ke semua orang, “Lihat, aku berubah!”
Bangga bisa sesederhana:
- Senyum kecil ke diri sendiri di cermin
- Tepuk pelan di bahu sendiri setelah hari yang sulit
- Bilang “makasih ya, udah bertahan sejauh ini,”
- Atau tidur lebih nyenyak karena tahu kamu sudah berusaha
Bangga itu tidak harus dirayakan besar-besaran. Karena progress yang diam-diam biasanya cuma butuh pengakuan dari satu orang saja: kamu.
Kamu Boleh Bangga, Bahkan Kalau Orang Lain Nggak Ngerti
Kadang yang bikin kita ragu untuk bangga adalah rasa takut dianggap berlebihan atau narsis. Atau takut dianggap belum pantas. Padahal bangga bukan tentang pengakuan orang lain, tapi tentang mengenali perjalananmu sendiri.
Kalau kamu merasa sudah menjadi versi diri yang sedikit lebih baik dari kemarin, itu sudah cukup. Orang lain boleh tidak mengerti. Mereka tidak tahu perjuanganmu. Mereka tidak lihat apa yang kamu lawan dalam sunyi.
Progress yang tidak kelihatan itu tetap sah. Tetap valid. Tetap berharga.
Akhir Kata: Kamu Boleh Bangga, Bahkan Kalau Progress-mu Pelan
Tidak apa-apa kalau langkahmu kecil. Tidak apa-apa kalau kamu butuh waktu lebih lama. Tidak apa-apa kalau tidak terlihat. Tidak apa-apa kalau tidak dipuji.
Yang penting kamu berproses. Kamu tumbuh. Kamu bergerak, walaupun sedikit. Kamu berusaha memahami dirimu lebih dalam. Kamu menghadapi hal-hal yang dulu kamu hindari. Kamu belajar sabar. Kamu lebih lembut pada diri sendiri.
Kamu boleh bangga. Progress kecil tetap progress. Progress sunyi tetap berarti. Dan progress yang tidak terlihat justru sering jadi yang paling berharga.