jWySnXSOiSNp62TYu6mfgWzHJ85FbojSrxRGMNPP
Favorit

Hidup Sosial Itu Kayak Parkir: Nggak Semua Tempat Cocok Buat Kita

Hidup sosial seperti parkir nggak semua tempat cocok buat kita. Pilih ruang yang bikin kamu nyaman dan jadi diri sendiri.

Beberapa waktu lalu, saya lagi muter-muter nyari parkir di sebuah mall yang kalau akhir pekan itu chaos-nya udah kayak antrian BTS meal waktu masih viral.

Dari lantai tiga sampai lantai lima, semuanya penuh. Saya ngalamin momen klasik: ngikutin orang yang kelihatan mau keluar, berharap dia benar-benar mau pulang, eh ternyata cuma lagi mindahin mobil.

Pas lagi capek-capeknya muter, tiba-tiba saya ketawa sendiri. Kenapa? Karena saya merasa hidup sosial ternyata persis banget kayak nyari parkir.

Kita cari tempat buat “nempel,” buat merasa aman, buat merasa jadi diri sendiri. Tapi ternyata nggak semua tempat itu buat kita. Dan itu normal.

Terkadang kita justru memaksa diri buat masuk ke tempat yang sebenarnya terlalu sempit, terlalu ramai, atau bahkan terlalu asing buat kita.

Hanya demi terlihat cocok, terlihat “pantas,” atau tidak terlihat berbeda. Padahal kalau dipikir pelan-pelan, parkiran itu luas. Dan kalau satu tempat bukan buat kita, bukan berarti kita gagal cuma berarti itu bukan slotnya.

Tidak Semua Tempat Bisa Kita Masuki, dan Itu Bukan Salah Kita

Di hidup sosial, kita juga sering begitu. Ada lingkaran pertemanan yang rasanya keren, tapi kita justru nggak bisa jadi diri sendiri di sana.

Ada komunitas yang terlihat seru, tapi tiap kali masuk, kita merasa kayak mobil kecil yang parkir di slot mobil besar kerasa renggang dan nggak nyambung.

Dan kebalikannya, ada lingkungan yang kelihatan sederhana, biasa banget, tapi justru bikin kita bisa napas dengan nyaman. Bikin kita bisa ngobrol tanpa harus milih kata-kata. Bikin kita merasa pulang.

Nggak semua tempat itu harus kita isi. Nggak semua orang itu harus kita dekati. Dan nggak semua lingkungan itu harus cocok buat kita. Sama kayak nggak semua slot parkir cocok buat semua mobil. Sesederhana itu sebenarnya.

Kenapa Kita Suka Memaksakan Diri Masuk?

Pernah nggak sih kamu masuk ke sebuah lingkungan dan tahu banget deep down bahwa kamu nggak cocok, tapi kamu tetap berusaha keras menyesuaikan diri? Kayak mikir, “ya udahlah, yang penting gue masuk dulu.”

Kalau ditanya kenapa kita melakukan itu, alasannya biasanya mirip-mirip:

  • Takut kelihatan sendirian.
  • Takut dianggap nggak gaul.
  • Takut ditinggalkan.
  • Takut dianggap aneh.
  • Takut terlihat “berbeda dari standar.”

Kita lupa bahwa meskipun tempat itu kelihatan ideal untuk orang lain, bukan berarti ideal buat kita juga. Sama seperti slot parkir depan pintu mall. Semua orang pengin, tapi kalau mobilmu gede atau kecil atau sudutnya nggak pas, ya nyangkut.

Kadang gengsi bikin kita nyangkut terlalu lama. Padahal kalau kita geser sedikit, mungkin kita nemu tempat yang jauh lebih pas dan nyaman.

Tanda-Tanda Bahwa Sebuah Tempat Sosial Bukan Buat Kita

Hidup sering ngasih tanda. Tapi seringnya, kita nggak peka. Berikut beberapa “sinyal halus” yang sebenarnya menunjukkan kita lagi memarkirkan diri di tempat yang bukan buat kita:

  • Kamu harus mengedit diri terus-menerus.
  • Kamu selalu merasa was-was atau dinilai.
  • Kamu lebih capek daripada senang setelah bertemu mereka.
  • Kamu merasa jadi “pengunjung” alih-alih bagian dari ruangan.
  • Energi kamu habis hanya untuk terlihat cocok.
  • Kamu sering pulang dengan pikiran, “kok kayaknya aku ngganggu, ya?”

Kalau tanda-tanda ini muncul terus, mungkin itu bukan tempat buatmu. Nggak berarti tempat itu jelek, hanya saja kamu butuh slot lain yang sesuai bentuk hidupmu.

Menerima Kenyataan Bahwa Kita Memang Nggak Cocok di Semua Tempat

Kadang yang bikin kita tersiksa bukan lingkungan yang salah, tapi ekspektasi bahwa kita harus cocok di mana pun. Kita ingin diterima semua orang, ingin dianggap menyenangkan oleh semua orang, ingin terlihat “fit in” di mana pun kita muncul.

Padahal nyatanya, kita nggak diciptakan buat itu. Sama kayak mobil. Nggak semua mobil bisa masuk semua slot. Ada slot motor, slot compact car, slot kendaraan besar, slot penyandang disabilitas, slot khusus karyawan dan nggak semua itu buat kita.

Menerima ini bikin hati lebih ringan. Bikin hidup lebih jujur. Dan bikin kita berhenti mengejar tempat yang bukan buat kita.

Ruang yang Cocok Itu Bikin Kita Lebih Jadi Diri Sendiri

Ada lingkungan yang bikin kita ngerasa seperti parkir sembarangan: deg-degan, takut serempetan, takut diomelin, takut salah posisi. Tapi ada juga tempat yang begitu kita masuk, rasanya pas. Nggak sempit, nggak longgar, nggak bikin overthinking.

Lingkungan sosial yang sehat itu mirip slot parkir yang "klik" sejak awal: kita tahu itu tempat yang aman, dan kita bisa diam di sana tanpa tegang.

Yang menarik, ketika kita menemukan tempat yang cocok, kita justru tumbuh. Kita berkembang. Kita lebih berani mencoba hal baru. Kita lebih jujur sama diri sendiri. Kita nggak takut salah. Kita nggak harus pura-pura jadi versi lain.

Hidup Sosial Bukan Kompetisi Nyari Slot Paling Keren

Dalam hidup sosial, kadang kita terjebak dalam persepsi bahwa kita harus berada di “lingkungan paling keren.” Pertemanan paling hits, circle paling berpengaruh, komunitas paling bersinar.

Padahal parkiran paling depan atau paling mahal sekalipun nggak selalu jadi tempat terbaik buat kita. Kadang justru lebih ribut, lebih sumpek, dan lebih bikin stres.

Slot yang cocok kadang justru yang jauh di belakang, yang sunyi, yang nggak dipikirin orang lain. Tapi kalau kamu bisa bernapas lega di sana, berarti itu tempatmu.

Keluar dari Tempat yang Salah Itu Nggak Egois

Salah satu hal yang sering bikin kita bertahan di lingkungan yang salah adalah rasa nggak enakan.

“Ntar dikira sombong.” “Ntar dikira ninggalin.” “Ntar dibilang berubah.”

Padahal, keluar dari tempat sosial yang salah itu bukan bentuk pengkhianatan. Itu bentuk merawat diri. Sama kayak memindahkan mobil yang sudah jelas-jelas nyangkut di slot yang terlalu sempit daripada terus dipaksakan sampai penyok.

Kadang kita butuh berani bilang, “maaf, ini bukan tempatku,” dan cari tempat lain yang lebih pas. Bukan buat orang lain, tapi buat ketenangan batin kita sendiri.

Hidup Sosial Itu Tentang Nyaman, Bukan Tentang Pamer Tempat

Orang sering menganggap penting berada di tempat yang kelihatan “wah.” Padahal tempat yang wah belum tentu bikin bahagia. Hidup sosial itu bukan show-off lokasi.

Yang penting itu rasa aman, rasa diterima, rasa cocok. Lingkungan yang bikin kita bisa ketawa lepas. Lingkungan yang nggak bikin kita merasa kecil. Lingkungan yang bikin kita pulang dengan hati lebih enteng, bukan kepala penuh beban.

Menemukan Tempatmu Sendiri: Pelan-Pelan Saja

Kalau saat ini kamu lagi merasa nggak cocok di lingkungan tertentu, santai. Kamu nggak salah. Kamu cuma lagi berada di slot parkir yang bukan buat kamu. Geser pelan-pelan. Coba ruangan lain. Coba circle lain. Coba tempat yang energinya lebih pas.

Dan kalau kamu belum menemukan tempat yang betul-betul klik, itu juga nggak apa-apa. Nyari slot parkir memang kadang butuh waktu. Yang penting jangan berhenti muter.

Ingat: kadang tempat terbaik justru muncul di waktu yang tidak kita duga.

Penutup: Hidup Ini Terlalu Singkat untuk Parkir di Tempat yang Salah

Pada akhirnya, hidup sosial itu kayak parkir. Kita cuma perlu nemuin tempat yang pas buat diri sendiri. Bukan yang paling ramai, bukan yang paling depan, bukan yang paling disukai orang lain.

Yang penting itu tempat yang bikin kita bisa berhenti sejenak, matikan mesin, tarik napas, dan merasa: “ya, ini tempatku.”

Dan selama kamu terus bergerak, terus mencoba, dan terus jujur pada diri sendiri, kamu pasti nemu tempat itu. Sampai saat itu datang, nikmati perjalananmu sambil tetap membuka mata pada tanda-tanda yang ditunjukkan hidup.

Kita semua punya slotnya masing-masing. Pelan-pelan saja. Kamu akan sampai.

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.


Posting Komentar
Boleh banget tinggalin komentar di bawah. Kalau mau dapet kabar tiap ada yang bales, tinggal centang aja kotak “Beri Tahu Saya”. Simpel banget.