jWySnXSOiSNp62TYu6mfgWzHJ85FbojSrxRGMNPP
Favorit

Kadang Kamu Nggak Malas, Kamu Cuma Capek Jadi Manusia

Kadang kita bukan malas. Kita hanya capek jadi manusia yang harus kuat terus. Dan itu wajar.

Ada masa-masa ketika kita merasa semua hal terasa berat. Bangun pagi berat.

Ngerjain sesuatu berat. Ngebales pesan berat. Bahkan mikirin apa yang harus dilakukan selanjutnya saja kayaknya butuh energi ekstra.

Lalu dengan cepat kita menuduh diri sendiri: “Duh, kenapa sih aku malas banget?”

Padahal kalau dipikir-pikir lagi, sering kali kita bukan malas.

Kita cuma… capek. Capek jadi manusia yang harus mikir banyak hal, capek jaga perasaan orang, capek ngatur hidup, capek adaptasi, capek memahami situasi, capek menahan diri, dan capek kelihatan baik-baik saja.

Kelelahan itu kumpulan hal kecil yang menumpuk pelan-pelan tanpa kita sadari. Dan saat tubuh serta kepala akhirnya ngasih sinyal, kita malah marah sama diri sendiri, bukannya memberi ruang untuk bernafas sebentar.

Capek Itu Ada Banyak Bentuknya

Kadang kita terlalu fokus pada capek fisik sampai lupa kalau ada capek yang jauh lebih berat: capek mental, capek emosional, capek sosial, bahkan capek “jadi kuat terus.”

Capek mental itu muncul dari banyaknya hal yang harus kita pikirkan. Tanggung jawab, target, tuntutan, kekhawatiran yang ngendon di kepala. Rasanya kayak browser laptop yang kebanyakan tab: lambat dan gampang nge-hang.

Capek emosional muncul karena banyaknya perasaan yang harus diproses. Padahal, memproses satu emosi saja kadang bisa makan energi besar. Apalagi kalau datangnya berbarengan tanpa permisi.

Capek sosial muncul saat kita harus terus tersenyum di situasi yang rasanya pengin banget kita tinggalkan. Atau saat harus berinteraksi meski hati lagi nggak di mode “layak bertemu manusia.”

Dan capek jadi kuat… ah, yang satu ini berat banget. Kadang orang lain mengira kamu baik-baik saja hanya karena kamu jarang mengeluh. Padahal kenyataannya, kamu cuma terbiasa menyelesaikan semuanya sendirian.

Menghakimi Diri Sendiri Nggak Akan Membantu

Sering kali kita punya standar tinggi ke diri sendiri. Standar yang kadang nggak manusiawi. Kita pengin produktif setiap hari, pengin selalu bisa fokus, pengin selalu punya energi, pengin responsif ke semua orang, pengin jadi versi paling ideal yang kita bayangkan.

Lalu saat tubuh dan pikiran minta jeda, kita malah bilang:
“Aku kok nggak berguna ya hari ini?”
“Heran, kenapa aku jadi malas begini?”
“Apa aku kurang usaha?”

Padahal yang salah bukan kita. Yang salah adalah ekspektasi yang kita pasang terlalu tinggi.

Kadang kita lupa bahwa manusia itu bukan mesin. Kita bukan robot yang bisa terus bergerak tanpa berhenti. Manusia itu punya batas. Dan batas itu bukan kelemahan, melainkan pengingat bahwa kita hidup.

Istirahat Itu Kebutuhan, Bukan Kemunduran

Saya pernah berada di fase ketika istirahat terasa seperti dosa. Seolah-olah kalau berhenti sebentar saja, saya bakal tertinggal jauh. Padahal kenyataannya, berhenti justru yang membuat kita bisa lanjut.

Kamu mungkin pernah merasakannya juga. Saat tubuhmu terus kamu dorong, namun performamu tetap menurun. Saat kamu memaksa diri untuk produktif, tapi pekerjaanmu justru makin berantakan.

Dan lucunya, masalah yang tidak bisa diselesaikan selama berjam-jam bisa selesai dalam 15 menit setelah kita tidur sebentar atau mengambil waktu buat tenang.

Ternyata, bukan karena kita kurang usaha. Kita cuma kurang istirahat.

Kadang Tubuhmu Lebih Jujur Daripada Pikiranmu

Pikiran kita sering memaksa. Memaksa untuk lanjut, memaksa untuk tetap waras, memaksa untuk tetap menghadapi semuanya tanpa rewel.

Sementara tubuh… tubuh sering memberi tanda lebih dulu:

  • Susah tidur
  • Gampang lelah
  • Males makan atau malah makan terus
  • Gampang tersinggung
  • Sulit fokus
  • Atau cuma pengin diem tanpa alasan jelas

Tubuh selalu jujur. Dia ngasih tau kalau kamu lagi nggak baik-baik saja. Dia ngasih tau kalau kamu butuh jeda.

Sayangnya, kita sering mempercayai pikiran lebih daripada tubuh.

Berhenti Bukan Berarti Menyerah

Ada stigma bahwa orang yang berhenti itu lemah. Padahal konteksnya beda jauh. Berhenti sementara itu bagian dari strategi. Sama kayak petarung yang mundur beberapa langkah sebelum menyerang lagi.

Berhenti membantu kita melihat ulang arah. Bikin kepala lebih jernih. Bikin hati punya ruang untuk merasa. Bikin pikiran punya waktu untuk menganalisis tanpa terburu-buru.

Berhenti itu bukan menyerah. Berhenti itu merawat diri supaya bisa lanjut tanpa hancur.

Kita Semua Butuh Tempat Aman untuk Lelah

Kadang yang kita butuhkan bukan motivasi. Kita cuma perlu didengar tanpa dihakimi. Kita cuma butuh suasana yang membolehkan kita untuk lelah.

Karena capek itu bukan kelemahan. Capek itu tanda bahwa kita sedang menjalani sesuatu. Bahwa kita sedang berusaha. Bahwa kita manusia.

Lucunya, di tengah segala tuntutan hidup, tempat aman seperti itu jarang.

Maka kalau kamu punya seseorang yang bisa membuatmu merasa nyaman untuk bercerita, itu adalah bentuk keberuntungan. Dan kalau belum ada, tidak apa-apa. Kamu bisa mulai dengan menjadi rumah yang aman untuk dirimu sendiri.

Kamu Boleh Melambat, Kamu Boleh Istirahat

Kamu tidak harus kuat setiap hari. Kamu tidak harus cerah setiap saat. Kamu tidak harus produktif untuk disebut berharga.

Kamu boleh melambat. Kamu boleh istirahat. Kamu boleh mengambil jarak dari apa pun yang bikin kamu sesak.

Dan kalau suatu hari kamu bangun tanpa semangat, bukan berarti kamu gagal. Itu cuma berarti kamu manusia.

Karena kadang, kamu nggak malas kamu cuma capek jadi manusia. Dan itu wajar.

Akhir Kata: Berbaik Hatilah pada Dirimu Sendiri

Di dunia yang menuntut kita untuk terus bergerak, istirahat itu bentuk keberanian. Di dunia yang memaksa kita terlihat kuat, mengakui bahwa kita lelah adalah bentuk kejujuran.

Jadi, lain kali saat kamu merasa tidak berdaya atau sulit bergerak, jangan buru-buru menyalahkan diri. Mungkin bukan karena kamu malas. Mungkin kamu cuma capek jadi manusia yang terus berusaha.

Dan itu… sepenuhnya boleh.

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.


Posting Komentar
Boleh banget tinggalin komentar di bawah. Kalau mau dapet kabar tiap ada yang bales, tinggal centang aja kotak “Beri Tahu Saya”. Simpel banget.