Kalau Terus Dibandingkan, Bahkan Matahari Pun Kalah Sama Lampu LED
Ada satu hal lucu tentang hidup yang sering banget aku perhatikan: kita ini hobi banget ngebandingin sesuatu dengan sesuatu yang lain, bahkan hal-hal yang sebenarnya nggak pantas buat dibandingin.
Dan entah kenapa, dari semua kebiasaan manusia yang aneh-aneh, yang satu ini tuh yang paling sering bikin kepala berat dan hati ikut riweh.
Aku pernah baca satu ungkapan yang bilang, “Kalau semua hal terus dibandingkan, bahkan matahari pun bisa kalah sama lampu LED.” Dan makin ke sini, aku merasa itu bener banget.
Soalnya, gimana pun, kalau kita maksa ngebandingin dua hal yang punya konteks beda, hasilnya pasti miring.
Sama kayak bandingin kualitas tidur sama kualitas scroll-an TikTok. Jelas beda dunia.
Perbandingan Itu Bukan Salah, Tapi Bisa Bikin Salah Arah
Jujur ya, manusia memang perlu perbandingan sesekali, supaya bisa refleksi atau evaluasi.
Tapi masalahnya, kalau kebiasaan itu berubah jadi default mode hidup, yang ada malah bikin capek.
Kita jadi sibuk mikirin, “Kok dia sudah sampai sana, aku masih di sini?” atau, “Kok pencapaianku kayaknya kecil banget ya?”
Padahal bisa jadi, kita cuma lagi ngebandingin matahari sama lampu LED.
Sesuatu yang sinarnya keliatan terang waktu malam, tapi sama sekali nggak punya peran buat ngehangatin bumi.
Sesuatu yang kelihatan “lebih baik” karena waktunya pas, momennya pas, dan konteksnya pas. Tapi bukan berarti nilainya lebih besar.
Salah satu hal yang bikin kita gampang ngerasa “kalah” adalah karena kita cuma lihat hasil akhirnya, bukan prosesnya.
Dan proses itu sering kali nggak keliatan tapi justru yang paling menentukan.
Sama kayak matahari: kalau cuma lihat LED di kamar, ya jelas kalah.
Tapi kalau lihat seluruh hidup kita? Ya jauh beda skalanya.
Dunia Cahaya Palsu yang Terlihat Lebih Keren
Di era serba cepat ini, kita gampang banget kejebak sama cahaya palsu, hal-hal yang kelihatannya keren, megah, atau “lebih baik” di permukaan.
Dan aku pun kadang kena mental karenanya.
Melihat hidup orang lain yang keliatan wah membuat hidup sendiri terasa... ya gitu-gitu aja. Flat.
Kayak roti tanpa topping.
Tapi setelah dipikir-pikir, sering kali yang tampak “wah” itu sebenarnya cuma highlight, bukan keseluruhan cerita.
Sementara yang sedang kita bandingkan adalah behind the scenes kita sendiri.
Dan jelas aja kalau perbandingannya bakal bikin kita kalah telak.
LED bisa terang banget kalau jaraknya cuma satu meter.
Tapi matahari?
Dia nggak perlu bukti apa-apa.
Fungsinya jauh lebih besar, efeknya jauh lebih luas, tapi justru karena terlalu besar, kita kadang lupa buat menghargai.
Hidup Itu Tentang Menjalani, Bukan Membandingkan
Satu hal lucu lainnya: semakin aku mencoba berhenti membandingkan diri, semakin aku sadar kalau hidup itu sebenarnya bukan perlombaan.
Nggak ada garis finish yang sama, nggak ada timer yang standar, dan nggak ada juri yang bakal kasih nilai akhir di papan skor.
Hidup itu lebih kayak jalan kaki santai sore hari.
Kadang langkahmu cepat, kadang lambat, kadang berhenti dulu buat beli es krim.
Dan semua itu sah-sah aja.
Kita punya ritme masing-masing, punya tujuan masing-masing, dan punya cara menikmati perjalanan yang beda-beda.
Jadi dibanding terus fokus sama siapa yang "lebih terang", mungkin lebih penting buat fokus ke arah mana kita mau pergi.
Karena pada akhirnya, terang itu bukan tujuan.
Yang penting adalah rasa cukup dan tenang saat menjalani.
Menerima Bahwa Kita Punya Cahaya Kita Sendiri
Sering kali, kita lupa kalau setiap orang punya waktu terangnya masing-masing.
Ada yang bersinar di usia muda, ada yang bersinar setelah jatuh berkali-kali, ada yang bersinarnya pelan tapi stabil.
Dan ada juga yang bersinar dalam bentuk yang nggak terlalu “kelihatan”, tapi sangat berarti.
Kita bukan LED, dan juga bukan matahari.
Kita adalah versi cahaya kita sendiri.
Kadang terang, kadang redup, kadang hangat, kadang agak kusam.
Tapi selalu punya nilai kalau kita tahu cara menghargai dan merawatnya.
Dan ketika kamu mulai sadar hal itu, ada rasa lega yang muncul.
Kayak “Oh, ternyata aku nggak perlu bersaing sama siapa-siapa.
Aku cuma perlu menjadi diriku yang bisa berkembang pelan-pelan.”
Kalau Terus Dibandingkan, Semua Bisa Kalah
Pada akhirnya, perbandingan cuma akan membuat kita lupa melihat nilai sejati dari diri kita sendiri.
Hidup ini bukan soal siapa yang terang paling cepat, tapi siapa yang tetap menyala di saat-saat yang benar-benar dibutuhkan.
Kalau kamu terus merasa kalah saat membandingkan hidupmu, coba tanya: apakah kamu sedang membandingkan matahari dengan LED?
Apakah kamu lupa melihat betapa luasnya perjalananmu sendiri?
Kadang kita cuma butuh berhenti sejenak, tarik napas, dan bilang: “Aku mungkin nggak se-wow itu, tapi aku cukup.”
Dan rasa cukup itu, percaya deh, jauh lebih hangat daripada cahaya yang cuma terang sesaat.
Jadi, jangan kecil hati.
Kamu mungkin belum bersinar kayak orang lain hari ini.
Tapi siapa tahu, besok justru giliranmu menerangi hal-hal besar yang bahkan nggak kamu sadari sekarang.
Pada akhirnya: biarkan LED punya momennya, dan biarkan matahari tetap jadi matahari.
Keduanya punya tempat masing-masing sama kayak kita.
