jWySnXSOiSNp62TYu6mfgWzHJ85FbojSrxRGMNPP
Favorit

Kerjamu Sebenarnya Bagus, Kamu Aja yang Terlalu Keras Nilai Diri Sendiri

Kerjamu sebenarnya bagus, tapi kamu terlalu keras menilai diri sendiri. Artikel reflektif tentang overthinking kerja dan belajar lebih adil ke diri.

Pernah nggak kamu selesai ngerjain sesuatu, lalu bukannya lega, malah kepikiran terus? Diulang-ulang di kepala. Tadi salah ngomong nggak, ya? Harusnya bisa lebih rapi nggak, ya? Kok kayaknya biasa aja, ya?

Padahal, dari luar, orang-orang melihat kerjamu baik-baik saja. Bahkan ada yang bilang oke. Tapi entah kenapa, penilaian itu mentah begitu saja di telinga.

Yang paling keras justru bukan atasanmu. Bukan rekan kerjamu. Tapi dirimu sendiri.

Tulisan ini aku buat buat kamu yang sering merasa “kurang”, padahal sebenarnya tidak. Buat kamu yang kerjanya bagus, tapi terlalu terlalu keras menilai diri sendiri. Kita ngobrol pelan-pelan, ya.

Kenapa Kita Sulit Puas Sama Kerja Sendiri?

Banyak orang mengira rasa tidak puas itu tanda ingin berkembang. Dan kadang memang iya. Tapi kalau berlebihan, yang terjadi bukan berkembang, malah capek.

Kita hidup di budaya yang menormalisasi standar tinggi. Target naik terus. Ekspektasi makin rapat. Ruang untuk bilang “cukup” makin sempit.

Lama-lama, kita jadi terbiasa menggeser garis “baik”. Yang dulu sudah layak diapresiasi, sekarang dianggap biasa saja.

Masalahnya, standar itu terus bergerak, sementara energi kita terbatas.

Di titik ini, banyak orang mulai kehilangan kemampuan melihat kinerjanya secara objektif.

Kerjamu Bagus, Tapi Otakmu Terlalu Fokus ke Kekurangan

Otak manusia memang cenderung lebih ingat kesalahan daripada keberhasilan. Satu kritik bisa menutupi sepuluh pujian.

Misalnya begini.

Kamu presentasi dengan baik. Mayoritas lancar. Tapi ada satu bagian yang menurutmu kurang mulus. Yang terngiang-ngiang sampai malam justru bagian itu.

Bukan apresiasi. Bukan hasil akhirnya. Tapi satu celah kecil.

Ini yang sering bikin kita merasa kerja kita “nggak pernah cukup”, padahal kenyataannya tidak seburuk itu.

Kalau kamu sering mengalami ini, besar kemungkinan kamu sedang terlalu keras menilai diri sendiri.

Bedanya Evaluasi Sehat dan Menghajar Diri Sendiri

Evaluasi itu perlu. Tapi ada garis tipis antara evaluasi dan menyiksa diri.

Evaluasi sehat fokus pada belajar. Menghajar diri sendiri fokus pada menyalahkan.

Evaluasi berkata: “Apa yang bisa diperbaiki ke depan?”

Menghajar diri berkata: “Kok kamu selalu begini sih?”

Yang satu memberi arah. Yang satu menguras energi.

Kalau setiap refleksi berujung merasa tidak berharga, mungkin itu bukan evaluasi lagi, tapi kebiasaan menghakimi diri.

Contoh Nyata: Saat Kamu Merasa Biasa, Orang Lain Merasa Terbantu

Aku sering menemukan kasus seperti ini.

Ada orang yang bilang, “Ah, aku cuma ngerjain tugasku.” Padahal buat orang lain, hasil kerjanya sangat membantu.

Ada yang bilang, “Presentasiku standar.” Padahal peserta merasa dapat insight baru.

Kita sering meremehkan kontribusi sendiri karena melihatnya dari dalam, dengan semua keraguan yang ikut masuk.

Sementara orang lain melihat dari luar, lebih jernih.

Perfeksionisme yang Diam-diam Melelahkan

Banyak orang yang terlalu keras menilai diri sendiri sebenarnya tidak sadar kalau dirinya perfeksionis.

Bukan perfeksionis yang rapi dan terorganisir. Tapi perfeksionis yang selalu merasa kurang.

Standarnya tinggi, tapi apresiasi ke diri sendiri nyaris nol.

Setiap pencapaian dianggap “ya memang seharusnya”. Setiap kesalahan dianggap “bukti ketidakmampuan”.

Kalau dibiarkan, pola ini bikin kita sulit merasa puas, bahkan saat berada di titik yang dulu kita impikan.

Tanda-Tanda Kamu Terlalu Keras Menilai Diri Sendiri

  • Sulit menerima pujian tanpa mengecilkan diri
  • Lebih ingat kesalahan kecil daripada hasil besar
  • Merasa kerja orang lain selalu lebih baik
  • Capek sendiri setelah menyelesaikan tugas, bukan karena tugasnya, tapi pikirannya

Kalau kamu mengangguk membaca ini, tenang. Kamu tidak sendirian.

Coba Lihat Kerjamu dari Sudut Pandang Orang Lain

Salah satu latihan sederhana yang sering aku sarankan adalah ini:

Bayangkan pekerjaan yang kamu buat itu bukan punyamu, tapi milik teman dekatmu.

Lalu tanyakan pada diri sendiri:

Apakah aku akan sekeras ini menilainya? Apakah aku akan mengatakan kata-kata yang sama?

Sering kali, jawabannya tidak.

Kita jauh lebih adil pada orang lain daripada pada diri sendiri.

Belajar Mengakui Usaha, Bukan Cuma Hasil

Salah satu penyebab kita sulit puas adalah karena kita hanya mengakui hasil akhir.

Padahal, di balik satu hasil, ada proses panjang yang menguras energi, waktu, dan emosi.

Mengakui usaha bukan berarti cepat puas. Tapi memberi penghargaan yang layak pada diri sendiri.

Kamu boleh bilang, “Aku sudah berusaha,” tanpa merasa sombong.

Insight Praktis: Cara Lebih Adil Menilai Diri Sendiri

  1. Catat hal yang berjalan baik, sekecil apa pun
  2. Batasi waktu overthinking setelah selesai bekerja
  3. Bedakan kritik yang membangun dan suara batin yang merendahkan
  4. Ingat bahwa cukup itu tidak sama dengan malas

Langkah-langkah ini sederhana, tapi sangat membantu menurunkan beban mental.

Kerjamu Tidak Harus Sempurna untuk Dianggap Berharga

Kita sering lupa satu hal penting: nilai kerja kita tidak ditentukan oleh kesempurnaan.

Kerjamu bisa bermakna, meski tidak ideal. Kerjamu bisa berdampak, meski masih ada kurangnya.

Dunia tidak runtuh hanya karena kamu tidak maksimal hari ini.

Yang sering runtuh justru kepercayaan diri kita sendiri, karena penilaian yang terlalu keras.

Penutup: Coba Sedikit Lebih Lembut Hari Ini

Mungkin hari ini kamu masih merasa kerjamu biasa saja. Itu tidak apa-apa.

Tapi sebelum menutup hari, coba bilang satu kalimat jujur ke diri sendiri:

“Kerjaku sebenarnya cukup bagus. Aku cuma lagi terlalu keras menilai diriku sendiri.”

Kamu tidak perlu langsung berubah drastis. Cukup sedikit lebih adil. Sedikit lebih lembut.

Kalau kamu mau, ceritakan di kolom komentar: di bagian mana kamu paling sering merasa kurang, padahal sebenarnya tidak. Kita ngobrol pelan-pelan.

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.


Posting Komentar
Boleh banget tinggalin komentar di bawah. Kalau mau dapet kabar tiap ada yang bales, tinggal centang aja kotak “Beri Tahu Saya”. Simpel banget.