jWySnXSOiSNp62TYu6mfgWzHJ85FbojSrxRGMNPP
Favorit

Orang Baik Tidak Selalu Manis: Kadang Tegas Karena Peduli

Baik tidak selalu manis. Kadang mereka tegas karena peduli dan ingin kamu berkembang. Refleksi ringan tentang bentuk kebaikan yang sering salah paham.

Ada satu hal menarik tentang “kebaikan” yang baru benar-benar aku pahami setelah bertambah usia: orang baik itu tidak selalu berbicara lembut, tidak selalu memberi jawaban yang menenangkan, dan tidak selalu setuju sama apa yang kita mau.

Kadang, orang baik justru muncul dalam bentuk yang tegas, jujur, lugas bahkan terdengar menyebalkan. Tapi justru di situ letak pedulinya.

Selama ini kita sering menyamakan kebaikan dengan keramahan. Seolah-olah orang yang selalu tersenyum, selalu bilang “iya”, dan selalu memvalidasi keputusan kita adalah orang yang paling peduli.

Padahal, ada orang-orang yang kasih sayangnya justru datang dalam bentuk peringatan, bukan pujian. Dalam bentuk batasan, bukan kelonggaran. Dalam bentuk teguran, bukan pembenaran.

Dan jujur aja, tipe orang baik yang seperti ini sering disalahpahami. Bahkan kadang bikin kita defensif.

Soalnya, nggak nyaman banget kalau ada orang yang berani bilang, “Ini nggak sehat buat kamu,” atau “Kamu salah dalam hal ini,” terutama ketika kita sedang haus validasi.

Tapi semakin ke sini, aku sadar: justru orang yang berani berkata seperti itu biasanya adalah orang yang paling tulus peduli.

Kebaikan Tidak Selalu Berbentuk Gula

Kalau dipikir-pikir, sejak kecil kita sering diajari untuk menganggap kebaikan itu manis. Kayak permen, kayak cokelat, kayak senyuman hangat yang bikin tenang.

Dan memang, banyak kebaikan terasa seperti itu. Tapi ada juga kebaikan yang rasanya pahit, kayak obat yang justru diperlukan.

Orang yang benar-benar peduli itu tidak hanya ingin kita merasa nyaman. Mereka ingin kita tumbuh. Dan pertumbuhan tidak selalu nyaman.

Kadang harus dihentikan dari kebiasaan buruk. Kadang harus diingatkan kalau kita sedang menyakiti diri sendiri. Kadang harus ditegur kalau kita melampaui batas.

Yang manis itu enak, tapi tidak selalu membantu. Yang pahit itu tidak enak, tapi sering kali menyelamatkan. Sama kayak nasehat. Sama kayak teguran. Sama kayak batasan.

Orang baik bukan cuma orang yang membuat kita nyaman. Mereka adalah orang yang memilih jujur demi kebaikan kita, meskipun mereka tahu itu mungkin akan membuat kita marah atau menjaga jarak untuk sementara waktu.

Tegas Itu Bukan Berarti Galak

Ada momen dalam hidup ketika aku merasa seseorang bersikap terlalu keras. Cara bicaranya tegas, pilih katanya lugas, ekspresinya datar.

Tapi setelah beberapa waktu, ketika aku merenung, aku sadar: dia bukan keras, dia jelas. Dia bukan galak dia peduli. Dia bukan ingin menjatuhkan dia mencegahku jatuh lebih keras.

Kita sering salah paham karena membandingkan tegas dengan galak. Padahal jauh banget bedanya. Galak itu melampiaskan emosi. Tegas itu menyampaikan batasan.

Galak itu mengintimidasi. Tegas itu melindungi. Galak itu ingin menang sendiri. Tegas itu ingin kita sadar diri.

Dan orang-orang yang berani tegas biasanya bukan karena mereka tidak sayang. Justru karena mereka terlalu sayang untuk membiarkan kita terjebak dalam pola yang merugikan diri sendiri.

Orang Yang Hanya Mau Tampak Ramah, Tidak Selalu Tulus

Ada satu hal yang mungkin tidak enak diakui: tidak semua orang yang terlihat manis itu peduli.

Ada yang manis karena ingin terlihat baik. Ada yang manis karena tidak mau repot. Ada yang manis karena malas berkonflik. Ada yang manis karena takut tidak disukai.

Dan seringnya, orang seperti ini akan membiarkan kita melakukan kesalahan tanpa pernah mengingatkan. Mereka akan diam walau tahu kita salah arah.

Mereka menonton dari jauh tanpa berani bersuara. Bukan karena mereka jahat, tapi karena kenyamanan dan citra diri lebih penting bagi mereka daripada keberanian untuk menegur.

Itulah bedanya orang yang benar-benar peduli dan orang yang hanya ingin terlihat baik. Yang satu rela membuat kita tidak nyaman demi kebaikan. Yang satunya lagi hanya ingin dirinya tetap terlihat menyenangkan.

Kebaikan Yang Nyata Kadang Membuat Kita Mikir

Kalau kamu pernah punya teman, keluarga, atau orang terdekat yang berani bilang hal-hal yang tidak ingin kamu dengar, coba perhatikan lagi.

Mungkin saat itu kamu kesel, merasa disalahpahami, bahkan merasa diserang. Tapi setelah lewat beberapa waktu, kata-kata mereka justru tetap membekas.

Dan sering kali, kata-kata yang membekas itulah yang paling jujur.

Aku pernah ditegur karena terlalu memaksakan diri dalam pekerjaan. Waktu itu aku kesel. Merasa dipandang lemah.

Tapi sekarang, setelah paham betapa rapuhnya tubuh dan mental kalau dipaksa terus, aku bersyukur ditegur. Tegurannya bukan penghinaan. Itu peringatan.

Kebaikan seperti itu membuat kita berpikir ulang. Bukan karena menyakitkan, tapi karena mengandung kejujuran yang jarang kita dapatkan dari orang lain.

Kebaikan Yang Tegas Adalah Bentuk Cinta Yang Dewasa

Cinta yang dewasa bukan cuma tentang memberi kenyamanan, tapi juga keberanian untuk berkata “tidak” ketika memang seharusnya tidak.

Kebaikan yang dewasa bukan cuma tentang membuat seseorang merasa didukung, tapi juga membuatnya bertanggung jawab atas pilihannya.

Orang baik yang tegas itu seperti pagar. Mereka tidak menghalangi kita, tapi melindungi kita dari jatuh ke tempat yang berbahaya. Mereka tidak mengekang, tapi mengingatkan batas.

Mereka tidak memegang tangan kita terus-menerus, tapi memastikan kita melangkah di jalur yang sehat.

Dan jujur aja, orang yang bisa memberikan kebaikan seperti ini adalah orang-orang yang paling langka.

Belajar Menerima Kebaikan Dalam Bentuk Yang Tidak Selalu Nyaman

Yang jadi PR bagi banyak dari kita termasuk aku adalah menerima bahwa kebaikan tidak selalu datang dalam bentuk yang ingin kita terima.

Kadang datang dalam bentuk kritik. Kadang datang dalam bentuk teguran keras. Kadang datang dalam bentuk jarak yang disengaja.

Pernah ada seseorang yang memilih menjaga jarak karena aku dianggap terlalu memaksakan sesuatu. Waktu itu aku merasa ditinggalkan.

Tapi setelah bertahun-tahun, aku sadar: jarak itu bukan karena dia tidak sayang. Justru karena dia sayang, dia tidak ingin ikut terseret dalam kekacauan emosiku.

Pelan-pelan aku belajar bahwa tidak semua orang yang mencinta itu dekat. Dan tidak semua orang yang dekat itu cinta.

Membedakan Tegas Karena Peduli dan Tegas Karena Ego

Biar adil, kita juga perlu tahu bahwa tidak semua ketegasan datang dari kepedulian. Ada juga ketegasan yang muncul dari ego atau dominasi. Makanya penting untuk membedakan. Tegas yang peduli biasanya memiliki ciri:

  • Disampaikan dengan tujuan menjaga, bukan menguasai.
  • Tidak merendahkan atau mempermalukan.
  • Menggunakan kata-kata yang jelas, bukan kasar.
  • Rela mendengar balik, bukan hanya memaksakan pendapat.
  • Ada konsistensi antara ucapan dan tindakannya.

Sementara tegas yang berasal dari ego biasanya muncul saat seseorang ingin terlihat benar, ingin menang, atau ingin mengontrol.

Membedakannya penting agar kita tidak salah menempatkan orang dalam hidup kita. Ada tegas yang menyelamatkan, ada tegas yang melemahkan.

Kita Pun Perlu Belajar Menjadi Orang Baik Yang Tidak Selalu Manis

Di sisi lain, kita pun kadang perlu menjadi versi diri yang tegas saat dibutuhkan. Bukan untuk menjadi keras, tapi untuk menjadi dewasa. Membuat batasan itu penting.

Berani berkata “tidak” itu penting. Berani menegur orang yang kita sayang ketika mereka salah itu juga bentuk cinta.

Pelan-pelan aku belajar bahwa menjaga diri itu bukan cuma tentang bersikap baik pada orang lain, tapi juga berani menetapkan batas tegas pada mereka bahkan pada orang terdekat.

Nggak apa-apa kok kalau kita tidak selalu bisa bersikap manis. Kadang sikap tegas justru menunjukkan betapa kita peduli pada diri sendiri dan orang lain.

Akhir Kata: Kebaikan Tidak Selalu Berbunyi Lembut

Kebaikan itu luas. Tidak melulu tentang senyum dan kata-kata manis. Ada kebaikan yang datang dalam bentuk teguran, kejujuran, ketegasan, dan batasan. Semuanya sama berharganya.

Kalau kamu punya seseorang yang tegas karena peduli, jaga orang itu. Mereka adalah tipe yang jarang ditemukan di dunia yang sering lebih mementingkan terlihat baik daripada benar-benar peduli.

Dan kalau kamu sendiri sedang belajar untuk tegas, jangan merasa kamu menjadi jahat. Mungkin itu justru bentuk kebaikan yang paling dewasa.

Kadang yang paling lembut itu bukan kata-kata manis, tapi keberanian untuk menjaga diri dan menjaga orang lain dari hal yang bisa menyakiti mereka.

Kebaikan tidak selalu manis. Tapi kebaikan yang tegas selalu berarti.

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.


Posting Komentar
Boleh banget tinggalin komentar di bawah. Kalau mau dapet kabar tiap ada yang bales, tinggal centang aja kotak “Beri Tahu Saya”. Simpel banget.